Suatu hari pangeran kecil membaca buku tentang hutan rimba. Ia dapati gambar seekor ular boa sedang menelan mangsa. “Boa menelan mangsanya bulat-bulat, tanpa mengunyahnya,” begitu keterangan gambar tersebut.
Pangeran kecil mulai berimajinasi. Lalu menggambar seekor boa yang sedang menelan gajah. Setelah selesai, ia bertanya kepada orang dewasa, “Apa gambar ini membuatmu takut?” Lalu orang itu menjawab, “Kenapa harus takut dengan topi?”
Bagian awal kisah klasik Le Petit Prince karya Antoine de Saint-Exupery itu sangat mengena ketika kita membahas tentang ide, karya, dan tanggapan orang lain. Sering ketiganya tidak nyambung. Siapa yang salah? Tergantung siapa yang berkomentar. Si kreator bisa bilang, “Orang lain gagal mengerti tentang karya saya!” Orang lain membalas, “Si kreator gagal mengubah ide jadi karya!”
Bagaimana dengan kegiatan menulis? Sama. Sering terjadi: idenya A, hasilnya B, dan orang lain mengira kita sedang bicara tentang C! Untuk itulah, seorang penulis harus terus mengasah kemampuan 12M, yaitu membaca, mengamati, menulis, mengevaluasi, membaca, mengamati, menulis, mengevaluasi, membaca, mengamati, menulis, dan mengevaluasi (lagi).
Penulis memang harus banyak membaca, supaya punya banyak informasi dan inspirasi. Juga harus cermat mengamati, supaya hal-hal menarik tidak terlewat begitu saja. Kemampuan menulis harus terus diasah. Kesalahan dasar dalam menulis sedapat mungkin dieliminasi. Dan jangan malas untuk mengevaluasi hasil kerja.
Ingat, pembaca punya harapan muluk terhadap sesuatu yang mereka baca. Daryl L. Frazell dalam Principles of Edititing mengemukakan bahwa pembaca berharap para penulis dapat menjelaskan ilmu pengetahuan kepada mereka yang bukan ilmuan, menjelaskan hubungan internasional kepada mereka yang bukan diplomat, dan menjelaskan masalah-masalah politik kepada pemilih awam.
Dengan 12M, diharapkan tercipta tulisan yang mudah dipahami, bahkan dinikmati. Kita semua tahu, umumnya orang malas membaca tulisan yang susah dimengerti. Kalau pembaca sudah malas membaca tulisan kita, kepada siapa lagi kita minta apresiasi? Kita menulis untuk dibaca, kan? 🙂
sangat jarang aku melakukan evaluasi terhadap tulisanku sendiri
blue juga jarang…..hehehhehe
salam hangat dari blue
artikelnya menarik
semangat nya mana kawan
salam hangat dari blue
12M nya selama ini mmg tidak pernah saya terapkan…..
thx ya….share-nya !
sukses slalu untuk anda !
wah teori yang baru saya kenal nih.. nice
ya itu hanya toi…mengapa harus takut,,,,
Akhir2 ini saya jarang membaca. Mungkin itu sebab tulisannya kurang kunjung berisi. Thanks telah mengingatkan
Terimakasih sharing 12M nya, sebuah siklus tuk menyajikan dan memahami tulisan. Selamat berkarya terus
wah 12M yang menarik.. tadinya mengira 12 Meter hehe.. ternyata sebuah tips agar menulis jadi lebih bisa di mengerti oleh c pembaca..
makasi tipsnya..
wah,,mantap sob karyanya.
sip..sip..12M mesti di praktekin nih..
aku kita ular boa yang panjangnya 12 meter. wkaka
jadi cara penulisan ya?
saya kagak pernah terapkan. menulis ya menulis. wkaka
perlu juga nie di terapkan. makasi gan
waah. .
cerdas kali ini mas dedi ya? 🙂
mengevaluasi. .
jarang saya mengevaluasi tulisan saya. . . 😦
sayang jarang make 12 m ini.. 😆
aku tertarik dengan The Little Prince ini, profku sangat suka bukunya.. 😀
harus belajar lagi nih 12 M
Makasih ya sudah mengingatkan.
kirain tadi 12 meter 🙂
taunya: membaca, mengamati, menulis, mengevaluasi, membaca, mengamati, menulis, mengevaluasi, membaca, mengamati, menulis, dan mengevaluasi (lagi).
belum pernah saya lakukan 12m itu,,keren artikelnya 🙂
aku baru tau tentang 12 M ini, info yang menarik 🙂
gapapa gagal mengubah ide jadi karya,, yang penting bisa mengubah karya jadi duit.
hwehehehe…
betul, kira2 seperti itulah susahnya bikin modul praktikum waktu dulu di kampus.. revisinya banyak banget, soalnya direview lagi ama dosennya, apakah tulisannya dapat mudah dimengerti praktikan atau tidak (jadi curhat wkwkwk)…
intinya menulis itu tidak semudah membalik telapak tangan hehe, dan kita harus mengasah kemampuan menulis agar tidak terjadi salah paham itu tadi
12M – ‘membaca, mengamati, menulis, mengevaluasi’ X 3 = 12
eh, berapa banyak M…hehe
terima kasih di atas penjelasan yang cukup munafaat ini dan kisah
‘pengeran kecil’ disini pertama kali saya mendengarnya
12 M yang sungguh tidak boleh dilewatkan oleh seorang penulis….
hehe…, jangan sampai “mengapa takut dengan topi?”
~~mantaps~~
evaluasi bisa juga datang dari pembaca kan melalui feedback atau komentar..
Ping-balik: My Homepage
saya teringat diri sendiri ni, sering kali utk publish suatu tulisan tanpa ba bi bu mau langsung posting saja, atau kalau ikut kompetisi mau langsung kirim saja. kerap kali saya mengambil kesimpulan sendiri bahwa pembaca tulisan saya tidak mengerti apa yg mereka baca karena mrk tdk cukup mengapresiasi tulisan ataupun tidak membacanya dari A sampai Z, padahal kalau mau dirunut kebelakang, tulisan yg baik itu adalah yg sederhana, ide yang kecil tapi cara menyampaikannya dengan bahasa yg mudah dimengerti, jangan sampai seperti yg mas dedi bilang ya, ide A nulis B tapi pembaca mendeskripsi C.
tulisan ini membuat saya mengerti knp harus melakukan 12M. syukran mas, semoga selalu diberkahi Allah 🙂
mantab..cerita yang indah. jleb..sangat mengena.
hehehe..saya sering malah asik baca sendiri tulisan saya dan lupa klik publish.
Tulisan sederhana namun enak dan mengena. Saya suka!
Boleh saya copy-paste dengan membubuhkan link ke website saya?
Terima kasih
oh, iya, silakan 🙂