Anak Muda, Film, & Dakwah

Anak Muda, Film, dan Dakwah”, begitu nama acara yang diadakan oleh FLP (Forum Lingkar Pena) Bandung bareng Salman Films pada hari minggu, 21 September 2008. Ketika membaca judul acara ini, saya teringat suatu ungkapan yang luar biasa: nahnu du’at qobla syai’in (kita adalah da’I sebelum menjadi apapun juga). Wow, spirit keikhlasan dan identitas yang luar biasa. Menggetarkan!

Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” Aihhh, penggalan surat Al-Kahfi yang dibaca pas tilawah di awal acara ini seolah mau bilang ke kita, “eh, manusia…. Ilmu ente tuh ga’ seberapa! Jadi jangan sombong!”. Oiya, ada juga persembahan nasyid dari tim nasyid SMU PGII 2. Kerenz…. !

Acara ini juga diawali dengan teaterikal puisi karya Harun Hashim Rashid, yang terjemahannya berjudul “Orang Palestina”, oleh Kang Topik, plus 10 orang pemuda-pemudi sebagai simbol perjuangan dan perlawanan rakyat palestina. Nah, salah satu dari 10 orang itu, ada anak IT Telkom juga (anak teknik nyasar ke seni???), namanya Dedi Setiawan (hohoho, yang ini sih narsis ^_^).

Hare gene masih ngurusin Palestina??? Ya iya lah! Wajib Kudu bin Harus! Sebagai anak gaul, kita harus tau klo orang islam tuh bersaudara, bahasa kerennya sih innamal mukminu na ikhwah! Ga’ peduli deh ama yang namanya bates wilayah, klo dia orang islam,ya kita bela! Kita mau berbagi semangat. Kita juga mau bilang ke dunia, bahwa jauh dari tanah palestina yang tertindas, di negeri bernama Indonesia ini masih ada orang-orang yang peduli dengan sesama saudaranya.

Nah, akhirnya acara talkshow dimulai juga. Acara ini dimoderatori oleh M. Irfan Hidayatullah (Ketua Umum FLP). Berikut ini pesan-pesan yang bisa saya simpulkan dari para pemateri :

1. Darlis Fajar (ustadz, juga anggota DPRD kota Bandung) :

Film berpengaruh besar dalam membentuk paradigma masyarakat.

Film dan media mulai menggiring pemahaman masyarakat agar lebih permisif dalam menghadapi fenomena banci, waria, dkk, yang oleh ustadz Darlis dibahasakan dengan “lelaki gagah jelita dan wanita cantik perkasa”.

Umat islam harus mampu membuat film yang mampu menjaga semangat, tetap berada dalam koridor ideologi, dan sekaligus dapat dinikmati.

2. Arif Gustaman (kritikus film, sekaligus perwakilan dari Citra Sinema) :

Film yang baik adalah film yang mampu menghadirkan inspirasi untuk menjalani dan menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi penontonnya

Produksi film yang cenderung meracuni pikiran anak bangsa (ex: free sex n’ nge-drugs), itu bisa dilawan dengan menciptakan produk film yang berisi muatan positif.

3. Yus R. Ismail (Pengamat Film, Anggota Forum Film Bandung) :

dakwah lewat film dan film yang berisikan muatan dakwah harus diapresiasi dan didukung oleh masyarakat.

4. Zul Ardhian (Sutradara Film “Sang Murabbi”) :

Film dakwah itu harus totalitas. Jangan sampai menipu para penonton. Misalnya, pas di film digambarkan berjilbab. Masyarakat sudah terkagum-kagum, menjadikan dia icon wanita muslimah. Tapi ternyata, di kehidupan sehari-hari, si aktris itu orang yang sangat jauh dari nilai-nilai islami. Ini menipu dan membingungkan masyarakat.

5. Muhammad Yulius (Penulis skenario Film “Sang Murabbi”, dan PemRed majalah Annida) :

Di tangan anak muda tergenggam tanggung jawab untuk meneruskan perjuangan pahlawan-pahlawan terdahulu

Salah satu keuntungan film adalah bahwa film mampu menjangkau lebih luas ke masyarakat bila dibandingkan dengan buku.

Fungsi film yang islami adalah mentransfer pemikiran-pemikiran positif agar bisa sampai ke masyarakat.

Umat Islam Indonesia sudah memiliki uang dan punya daya beli yang besar, tapi sayang masih belum bisa memilih tontonan yang layak untuk ditonton

Jangan sampai kita mendukung pembuatan film yang “katanya” islami, misalnya film-film berisi syirik. Karena sebenarnya film-film tersebut menghancurkan moralitas masyarakat.

Perlu ada keanekaragaman tema perfilman di Indonesia

Setelah talkshow, acara berlanjut ke pentas seni. Acaranya berisi pembacaan puisi, musikalisasi puisi, dan monolog oleh Iman Soleh, Deddy Koral, Ayi Kurnia, Yopi Setia Umbara, Heri Maja Kelana Gola, Ana Bilqis, Wedang Jahe, Epri Tsaqib, dll. Huufff, sumpe, salut! Keren abizzzz! Menginspirasi!

Setelah itu . . . . lanjut ke acara workshop. Nah, berhubung saya mau beli tiket buat mudik ke Lampung tanggal 26 nti (hohoho,,, dah ga’ sabar nih!), jadinya dengan sangat terpaksa saya ga’ ikutan acara workshop ini. Jadinya ga’ bisa berbagi ama temen-temen. Hikz.. hikz.. hikz… maaph ya T_T

Seperti yang saya kutip di paragraf awal, nahnu du’at qobla syai’in, Yukz kita sama-sama menyebarkan dan memperjuangkan kebaikan. Ga’ peduli deh berapa umur kita sekarang ini, mau pemuda kek, mau remaja kek, mau ABG kek, mau ibu-ibu kek, mau bapak-bapak kek, mau bayi baru lahir kek (wuih, ga’ mungkin baca blog kaleee!), ayo sama-sama berbuat baek. Apapun profesinya (dokter, politikus, artis, pedagang, de-el-el de-el-el), intinya mah teteup aja melakukan kebaikan yang berguna untuk kebaikan lainnya, dan begitu seterusnya ^_^

Salam semangat…! ^_^

21 thoughts on “Anak Muda, Film, & Dakwah

  1. intinya mungkin dalam bidang apapun yang kita gelutin..gak cuma musik..film..atau kerja..atau bahkan tulis menulis di blog ini kang..kita harus menyebarkan kebaikan..dan apapun itu haruslah dalam bentuk positif….btw ati ati di jalan ya kang ..mudiknya harus extra safety 😛

  2. yaahh keren banget!
    eh tau film “Me, My Sister & Muhammad Ali” ga?? kalo ada yang jual cd-nya tawarin ke saya ya. Pas saya ke Salman awal bulan kemarin, saya lihat posternya.
    Btw, ini blog saya link ya

  3. wah enak ajah tuh produser sama sutradara buat film,,, kalau mo berdak’wah carilah aktor/aktris yang mempunyai kreteria :
    1. Muslim / Muslimah
    2. Beribadah
    3. Berahlak mulya

    dan lain2 banyak tuhh kreteria…

    mentang2 bisa peran,,, orang kafir berda’wah islam..dia ajah blom islam …. anehh nehh

  4. ..dengan menyadari diri bahwa merupakan bagian sangat kecil dari apa yang namanya rahmatan lil alamin, sudah semestinya jika melakukan hal-hal seperti menebarkan kebaikan..

  5. Untuk film, apalagi memuat misi dakwa, setuju dengan buah pikirran kang DheDhi. Kita tidak butuh filam mistik yang membodohi masyarakat melainkan sebaliknya.untuk sinet, yg bagus PPT-nya Dedy Miswar
    Oya pulng kampuannya janjian nih hehe…, sya juga kebeneran brangkat dari Sor tgl 26 tpi cuma ampe Makassar aja, gak ke Belitung taun ini.
    Met pulkam deh, Salam ma keluarga ya, ati-ati di jalan, moga sampai dgn selamat, amien
    SELAMAT IDUL FITRI, MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN, RITA & FAM.
    Maslah panggilan buat ku aaaapa aja as you like deh yaaa. silahkan milih mo manggil apa, what ever yaa..

  6. wah, hebring euy..ada anak teknik sekaligus pencinta seni, aih..plok..plok..plok..
    Humm..film dan seni itu sebnernya media yang bagus ya buat berdakwah, menghibur sekaligus menyampaikan pesan.

    Lanjutkan perjuanganmu kawan..! eh, *kita maksudnya, he..

  7. Saya sering sekali berkata kata yang tidak semuanya indah, kadang saya salah, mungkin riya, mungkin sedikit dusta … dan saya mohon untuk dimaafkan segala kesalahan saya yah 🙂

    Minal aidin wal faidzin … maafkan saya lahir dan batin karena beginilah kewajiban kita sebagai hamba untuk meminta maaf dan memberi maaf.

    Rindu [a.k.a -Ade-]

  8. jadi inget pas vanie jadi OC Islamic FAir 3 tahun yang lalu, jadi PJ acara FTV Day, bareng mba wilda, ka dewa, mba dina, eni , dll.
    Alhamdulillah pa dedy Mizwar bisa datang dan membagi ilmunya dengan anak II TELKOM (dulu STT TELKOM)

    Kalo kata kak Deni:
    “mari berDakwah dengan bahasa Ammah”

Tinggalkan Balasan ke Ade Rahmawati Batalkan balasan